Dalam pemahaman ilmu kimia, salah satu pembagian kategori suatu senyawa adalah dengan metode asam dan basa. Metode ini memberikan pemahaman mendasar tentang karakteristik dari suatu senyawa, yaitu interaksi antar suatu senyawa. Sesungguhnya ada beberapa metode dalam mendefenisikan asam dan basa. Berikut ada tiga defenisi tentang pengetian asam basa.
Yang pertama adalah defenisi asam basa menurut Svante Arrhenius. Dilahirkan pada tahun 1859 pada tanggal 19 Februari dengan nama lengkap Svante August Arrhenius. Ia memiliki latar belakang sebagai seorang fisikawan. Menurutnya, Asam dan Basa yaitu:
Suatu senyawa dikatakan asam apabila menghasilkan ion H positif dalam larutan. Sementara itu, senyawa basa menghasilkan ion OH negatif dalam larutan. Kedua hal tersebut hanya berlaku pada semua jenis larutan kecuali Air (aquadest). Sedangkan apabila aquadest dibutuhkan maka, senyawa asam dan basa akan bersifat netral karena mereka melakukan ionisasi. Jika, dalam suatu larutan air (aquadest) terbentuk ion hydrogen positif dan OH negatif disebut dengan asam dan basa protik.
Kemudian adalah pengertian asam basa menurut Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry. Pengertian asam basa menurut mereka lebih popular dengan sebutan Asam-Basa Bronsted Lowry. Menurut mereka suatu senyawa dikatakan asam apabila mendonorkan proton. Sedangkan senyawa basa dikatakan senyawa yang menerima proton. Teori ini berlaku pada larutan air (aquadest).
Yang terakhir yaitu pengertian asam basa menurut Gilbert Newton Lewis. Teori asam basa lewis menjelaskan bahwa suatu asam dikatakan apabila senyawa tersebut menerima pasangan elektron. Sementara itu untuk senyawa yang dikatakan basa apabila senyawa tersebut memberikan pasangan elektron.
Post a Comment